Esai: Menerawang Lurah Siwa Berikutnya
"31 Maret 2022 hari ini adalah hari terakhir beliau melaksanakan dan mengemban tugas sebagai abdi negara, semoga semua pengabdian beliau bernilai ibadah. Dan semoga selalu diberi kesehatan. Selamat memasuki masa purnabakti bapakku sayang. sehat-sehat ki' terus, Bapak," demikian kutipan takarir akun Facebook putri dari Pak Basri (Lurah Siwa), Asthi Dian 31 Maret 2022 ini.
Dengan demikian posisi Lurah Siwa, Kecamatan Pitumpanua, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan lowong.
Saya mencoba menggali keterangan dari beberapa sejawat di lingkungan pemerintahan lokal. Saya diberitahu bahwasanya opsi penjabat Lurah oleh Camat atau Sekretaris Kecamatan menjadi pilihan sementara sebelum datangnya lurah definitif. Kita menanti keterangan resmi.
Siwa, tanpa kata "kelurahan" adalah sebuah kawasan "imajiner". Dahulu pernah ada plang di sekitar Mapolsek Pitumpanua bertuliskan "Siwa". Saya menduga itu adalah batas apa yang disebut Siwa sebagai pemukiman. Kelurahan ini juga mewarisi nama entitas masa lampau: Arung Siwa.
Padahal Mapolsek Pitumpanua kini secara administratif termasuk wilayah Kelurahan Bulete.
Pada sekitar 1980-an, 1990-an, ketika kita berada di Ujungpandang dan bertanya kepada seseorang perihal daerah asalnya, kerap kita menemukan jawaban: Siwa, padahal mereka berasal dari Keera atau Lalliseng misalnya.
Memang, kantor-kantor pemerintahan Pitumpanua dahulu dan kini terletak di Siwa (ketika Kec. Keera masih bergabung).
Mungkin Siwa disebut oleh mereka agar lekas dikenali, tinimbang harus menyebut Pitumpanua yang mungkin agak lambat dikenali penanya.
Kini, kata Siwa diwarisi oleh sebuah Kelurahan di seberang barat jembatan Siwa. Seberang timurnya adalah kelurahan Bulete dengan sungai sebagai batas alam. Padahal orang Kelurahan Bulete masih berhak menyebut dirinya orang Siwa.
Kelurahan Siwa adalah satuan lingkungan setempat (SLS) baru sebagai hasil pemekaran Desa Batu.
Bersama-sama dengan Desa Bulete, Desa Batu adalah dua dari tujuh desa pembentuk "Pitumpanua" jaman dulu.
Jejak-jejak Desa Batu masih bisa ditemui kini, misalnya dengan menyebut MIN 1 Wajo sebagai MIN Batu.
SMPN 1 Pitumpanua di Kelurahan Bulete adalah bekas SMP Negeri Siwa, SMAN 6 Wajo di Kelurahan Bulete adalah dahulu SMA Siwa.
Kantor Kelurahan Siwa kini dahulu dibangun sebagai Kantor Desa Batu. Masih banyak nomor rumah yang bertuliskan Desa Batu.
Kita mengucapkan terima kasih kepada lurah-lurah sebelumnya.
***
Terlepas dari itu semua, siapapun yang menjadi Lurah Siwa berikutnya, ia akan masih akan menghadapi masalah klasik seperti perkara "kambing kota" yang telah menjadi "perkara abadi".
Lurah baru masih akan menghadapi banjir Mattugengkeng, drainase mampet, dan perkara-perkara seputar kawasan Sentral Siwa.
Isu besar kini adalah persoalan gedung Kantor Lurah Siwa yang sudah tidak mampu menampung beban kota.
Kantor ini adalah bekas Kantor Desa Batu yang sering kebanjiran. Pekan ini sebuah akun Facebook mengunggah sebuah foto dengan takarir: "Kantor Kelurahan Siwa sudah bolong-bolong dindingnya".
Pembaruan status itu agak ramai dikomentari warganet. Memang, sebagai kelurahan dengan pemukiman padat sudah dibutuhkan kantor yang lebih lapang.
Kalau pun harus dibangun ulang, kantor ini mungkin harus berpondasi lebih tinggi demi menghidari banjir yang kerap menggenang jika tak ada jalan relokasi.
Persoalan okupasi pedagang kaki lima di tiga sisi Pasar Siwa, jika memang dipertahankan, tak ada jalan untuk ditiadakan, pengaturan harus lebih ditingkatkan lagi.
Kini okupasi Jalan Tenrisau, Jalan Cempedak dan Tocamming tampak lebih rapi dan lebih tertib dari sebelumnya.
Gedung walet yang kian menjamur telah menjadi fenomena. Kota "semakin ribut" dengan pelantang tiruan suara burung. Gedung-gedung kotak semakin meninggi, serasa tak indah dipandang.
Kota Walet kini menghapus gelar Kota Cengkeh.
***
Tak sabar rasanya ingin berkenalan dengan lurah baru. Ingin mengucapkan selamat jika pernah kenal sebelumnya.
Siapapun yang ditunjuk oleh Pemkab sebagai Lurah Siwa, mari kita sambut dengan gembira.
Namun siapa? Mari kita menerawang.
0 Response to "Esai: Menerawang Lurah Siwa Berikutnya"
Post a Comment