Pierre Labrousse Penyusun "Kamus Merah" Indonesia-Prancis Dipanggil Yang Kuasa

Abdul Wahab Dai

Pecinta Bahasa Prancis

HARI ini di beberapa grup berbagi pesan WhatsApp asosiasi pengajar bahasa Prancis dan alumni jurusan Sastra Prancis dan Pendidikan Bahasa Prancis di Indonesia beredar kabar bahwa Pierre Labrousse leksikografer atau penyusun Kamus Umum Indonesia-Prancis terbitan Gramedia Jakarta telah wafat.

Salah satu diantara pesan itu menyebut "Pak Pierre sudah dipanggil Yang Kuasa hari ini, 15 Maret 2024, jam 13.04 di Hôpital Charles Foix Ivry sur Seine, Prancis."

Kamus dwibahasa Indonesia-Prancis ini telah lama menjadi rujukan bagi komunitas pengajar, dosen, pelajar, mahasiswa, dan pecinta bahasa Prancis di Indonesia.

Penulis sendiri pernah memiliki kamus gigantis ini dengan ukurannya yang tebal dan berat. Kala itu penulis mendapatkannya di Yogyakarta  di sela-sela mengikuti Olimpiade Bahasa Prancis antarmahasiswa yang digelar oleh UGM dalam bingkai Forum Mahasiswa Studi Prancis se-Indonesia.

Dikutip dari lepetitjournal.com, disebutkan bahwa Pierre memulai proyek kolosal ini dengan menulis kamus Indonesia-Prancis, lebih dari 10.000 berkas, 10 tahun pengerjaan dan diterbitkan pada tahun 1984. Kamus ini masih menjadi referensi hingga saat ini (Pierre se lance dans le projet pharaonique de rédiger un dictionnaire indonésien-français, plus de 10.000 fiches, 10 années de travail et une publication en 1984. Ce dictionnaire est aujourd’hui encore la référence).

Lalu siapa Labrousse? Dia adalah suami dari Ibu Farida Soemargono, perempuan Indonesia yang juga telah menyusun kamus Prancis-Indonesia bersama dengan Winarsih Arifin.

Kamus tebal ini juga diterbitkan oleh Gramedia. Kamus dwibahasa ini adalah kebalikan dari Kamus Merah Labrousse. Labrousse menyusun Kamus Indonesia-Prancis, sedang istrinya menyusun Kamus Prancis-Indonesia.

Penulis menyaksikan betapa kamus ini menjadi referensi utama bagi mahasiswa Studi Prancis era 1990-an. Berbeda dengan mahasiswa Studi Prancis dewasa ini yang lebih banyak mencari padanan dan makna kata di mesin pencari atau aplikasi kamus digital daring dan luring,  mahasiswa Studi Prancis 1980-an dan 1990-an menjadikan Kamus Merah ini sebagai referensi utama.

"Derajat keseriusan seorang mahasiswa Sastra Prancis kala itu diukur dengan apakah dia memiliki dan menenteng kamus besutan pasangan Labrousse-Soemargono ini," ujar Hasbullah dosen Departemen Sastra Prancis Unhas dalam diskusi dengan penulis petang tadi (Sabtu, 16 Maret 2024) terkait wafatnya Labrousse.

***

Saat sinetron Si Doel Anak Sekolahan ditayangkan di TV ada era 1990-an, tokoh Zaenab kerap tampil menenteng kamus Labrousse-Soemargono saat fragmen pergi atau sepulang dari kuliah. Dibekapnya kamus tebal ini di dadanya.

***

Ditanya mengenai mahasiswa Studi Prancis dewasa ini lebih larut dalam suasana digital dalam mendalami makna dan padanan kata, Hasbullah berpendapat bahwa saat ini memang sebuah kata Prancis cenderung dijelaskan dengan bahasa Prancis sendiri atau secara ekabahasa.

"Jadi menjelaskan makna kata secara dwibahasa sudah berkurang dan ini yang mungkin membuat kamus dwibahasa berbentuk buku sudah berkurang," terangnya.

Dahulu ada lelucon di kampus bahwa kalau dulu anak Kedokteran membawa buku tebal buku Anatomi di petepete (angkutan kota khas Makassar), maka anak Sastra Prancis menandinginya dengan menenteng kamus Labrousse atau Soemargono yang super tebal.

Lain halnya dengan Masdiana, seorang dosen Departemen Sastra Prancis Unhas lainnya yang menyebut profesi penyusun kamus atau leksikografer yang tidak pernah disebut dalam cita-cita seorang anak TK atau SD.

Wafatnya Labrousse memantik diskusi panjang saya dengan Masdiana sepanjang sore tadi. Masdiana juga mengonfirmasi bahwa mahasiswanya lebih cenderung ke kamus-kamus digital tinimbang kamus berbahan cetak.

Kamus Umum Indonesia-Prancis ini sangat lengkap di mana setiap kata diberi keterangan jenis kata, contoh penggunaan dalam kalimat, dan contoh penggunaan kata dalam ungkapan (idiom).

Walau bukan sebuah kamus bergambar, beberapa kata Indonesia yang sulit dipahami oleh orang Prancis bahkan disertai gambar agar lebih akurat. Misalnya untuk kata "bersila", maka Labrousse menyertakan gambar seseorang yang sedang bersila.

Akibat perbedaan kebudayaan dan peradaban yang sangat jauh, satu di Barat satu di Timur, beberapa kata benda disertai gambar misalnya pada kata "blangkon".

Beberapa anggota asosiasi pengajar bahasa Prancis yang tergabung dalam Persatuan Pengajar Prancis se-Indonesia PPPSI memberi ucapan belasungkawa atas kepergian mendiang Labrousse.

"Adieu Pak Pierre Labrousse...
Kamus Bapak telah membantu banyak sekali pembelajar bahasa Prancis di Indonesia, semoga jasa-jasa Bapak menjadi amal kebaikan yang menerangi jalan kemuliaan Bapak," tulis akun @mirilherman, anggota PPPSI.

"Benar Monsieur Herman. Pahala yang tiada putus," timpal Andi Wete Polili, dosen Pendidikan Bahasa Prancis Unimed Sumatera Utara melalui akun WhatsApp-nya.

Sumber Foto: Yessi Yasmini

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Pierre Labrousse Penyusun "Kamus Merah" Indonesia-Prancis Dipanggil Yang Kuasa"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel