Menakar Kemilau Posisi Ketua IKA Unhas Wajo
Oleh Abdul Wahab Dai
Baik sebelum maupun sesudah Rapat Inisiasi Pembentukan IKA Unhas Wajo pada Selasa, 5 Juli 2022 lalu, tak satu berita pun yang kita baca perihal upaya dari seorang alumnus yang berniat maju atau sekelompok alumni mengusung seseorang untuk maju memimpin organisasi bekas mahasiswa Unhas ini di Wajo.
Walau sayup-sayup terdengar kabar beberapa kelompok alumni berniat menginisiasi pembentukan IKA Unhas Wajo, namun "kelompok Warkop Siengkang"-lah yang melangkah lebih awal melakukan rapat perdana.
Belasan inisiator berkumpul di Warkop Siengkang Jalan Kalimantan No.7 di sebelah timur Pasar Sentral Sengkang.
Mungkin saja banyak kelompok alumni yang pernah berkumpul, bahkan sudah punya calon sendiri yang akan diusung sebagai nakhoda pertama IKA Unhas Wajo, namun tidak terendus oleh media. Kita tidak tahu, mungkin saja tidak ada. Mungkin saja ada alumnus yang telah membentuk tim sukses.
Lompatan cepat "kelompok Warkop Sengkang" merupakan terobosan yang efektif demi mempercepat inisiasi lahirnya IKA Unhas Wajo.
Kini mereka sedang melengkapi dokumen yang diperlukan untuk permohonan pelaksanaan Musyawarah Daerah.
Namun hingga tiga hari pasca-Rapat Inisiasi tak satu pun nama yang beredar yang menyatakan dirinya berniat maju memimpin IKA Unhas Wajo.
***
Namanya Muhammad Bakir Imallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape, Sultan Gowa ke-16 yang dengan gelar Sultan Hasanuddin, seorang pahlawan nasional.
Nama ini digunakan oleh sebuah perguruan tinggi Makassar yang pada tahun 1947 bernama Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Inilah cikal bakal PTN yang belakangan bernama Universitas Hasanuddin yang menggunakan mana Sultan Hasanuddin pada tahun 1956.
Pernah seorang putra Wajo kelahiran Gilireng menduduki posisi puncak sebagai Rektor Unhas. Tersebutlah Ahmad Amiruddin yang belakangan menjadi Gubernur Sulawesi Selatan pula.
***
Kampus Merah yang dalam sejarahnya pernah berkampus di Baraya, Tamalanrea, Pangkep, Gowa, dan Sidrap, kini alumninya bertebaran di Nusantara dan Dunia, termasuk di Bumi La Maddukkelleng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin (IKA Unhas) dengan Pengurus Pusat baru di bawah komando Andi Amran Sulaiman (AAS) kian bergeliat melanjutkan "kepemimpinan JK seperempat abad" yang telah berakhir.
Kini dengan AD/ART baru yang membuka ruang bagi Daerah (Kabupaten) membentuk IKA Daerah setelah IKA Wilayah (Provinsi) yang telah lama terbentuk di seluruh Indonesia, IKA Luar Negeri, IKA Deartemen, para alumni di Kabupaten Wajo bergeliat pula.
Sepertinya meraih posisi Ketua IKA Unhas Wajo belum menarik bagi para alumni. Terbukti belum satu pun nama yang disebut-sebut dan beredar di media. Posisi Ketua IKA Unhas Wajo belum kemilau.
Memimpin organisasi bekas mahasiswa memang berat. Persoalan pertama yang dihadapi adalah IKA mengakomodasi alumni lintas strata, lintas prodi, dan lintas angkatan, sehingga mereka bahkan ada yang tidak saling mengenal.
Mereka yang kuliah pada era '80-an dengan era 90-an tentulah mengalami kultur Unhas yang berbeda pula. Apatah lagi kultur Unhas tahun 2000-an hingga kini tentulah amat berbeda. Beda zaman soalnya.
Kita teringat perebutan posisi Ketua IKA Unhas yang berlangsung alot bahkan hingga malam hari. Calonnya lebih dari dua.
Magnet apa yang membuat posisi Ketua IKA Unhas layak diperebutkan?
Kita ke Wajo! Seharusnya posisi ini menjadi magnet bagi para alumni. Dengan meraih posisi Ketua IKA Unhas Wajo, mungkin jejaring semakin terbuka lebar.
Jejaring yang dimaksud adalah jejaring dan akses ke PP IKA Unhas yang bertabur alumnus-alumnus hebat di bidangnya masing-masing dan bahkan berkiprah di level nasional.
Namun terpulanglah kepada para alumni di Bumi La Maddukkelleng sendiri. Mungkin posisi Ketua IKA Unhas Wajo belum menjanjikan.
Atau akan muncul banyak calon bila saatnya musyawarah daerah? Semoga!
0 Response to "Menakar Kemilau Posisi Ketua IKA Unhas Wajo"
Post a Comment