Menunggu Dokter di Desa, Bukan Menunggu Godot



Abdul Wahab Dai/Esais

PERNAH suatu ketika ada politisi yang menjanjikan "satu dokter satu desa" dalam kampanyenya untuk meluluhkan hati para pemilih Indonesia. Politisi tersebut kalah.

Kemauan politik walau hanya berupa janji, adalah sebuah kemajuan, walau hingga kini gagasan tersebut tidak dapat direalisasikan.

Dalam kesempatan penulis mendampingi perencanaan desa, dalam rekomendasi IDM yang diunduh dari panel kendali IDM untuk diberikan kepada Tim Penyusun RKPDesa, terdapat rekomendasi berupa "pengadaan minimal 1 orang dokter". Selain itu ada pula rekomendasi "penambahan nakes minimal 4 orang".

Rekomendasi tinggal rekomendasi. Desa tentu sulit menghadirkan dokter di Desa dengan anggaran Desa. Tentu usulan ini harus didorong ke Daerah yang juga tampak sulit merealisasikan rumusan pokok analisis IDM ini.

Kini persoalan ketiadaan dokter di Desa kembali bergairah dengan ramai-ramainya perguruan tinggi membuka Fakultas Kedokteran (FK). Bahkan kampus-kampus kenamaan ITB dan IPB membuka FK sebagaimana kita baca di media.

Kebijakan Pemkab Wajo di Sulawesi Selatan dengan layanan Oto Dottoro sebanyak lima armada pada masa pemerintahan Duo Amran adalah hanya salah satu solusi "mendekatkan dokter atau layanan kesehatan" ke Desa.

Namun perkara "ketersediaan dokter desa" tentulah tujuan akhir yang dinanti masyarakat. Peristiwa ramai-ramainya perguruan tinggi membuka FK di luar dari kegiatan inti dan imejnya selama ini misalnya PT teknik membuka FK, PT pertanian membuka FK, PT keguruan membuka FK, PT Islam membuka FK adalah sebuah renjana baru yang mencoba menerobos jalan buntu persoalan ketersediaan dokter di Desa.

Dari 8 Desa Mandiri di Kabupaten Wajo, belum tentu semuanya memiliki dokter yang membuka layanan di Desa. Di Desa Rumpia yang berkasta Desa Mandiri Kecamatan Majauleng kita melihat plang-plang praktik dokter.

Di Desa Salobulo juga kita melihat ada plang praktik dokter. Desa Salobulo adalah sebuah Desa Mandiri.

Sidang pembaca, mari kita periksa Desa Mandiri lainnya, apakah ada dokter di Desa? Inilah senarai 8 Desa Mandiri di Bumi La Maddukkelleng.

1. Salobulo

2. Rumpia

3. Nepo

4. Inalipue

5. Pakkanna

6. Assorajang

7. Pajalele

8. Ujungbaru


Usaha-usaha perguruan tinggi membuka FK membuka jalan bagi ketersediaan dokter di Desa. 


Kita menang tidak menunggu Godot. Kita menunggu dokter.

Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Menunggu Dokter di Desa, Bukan Menunggu Godot"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel