Sorotbalik: Amran Mahmud, Matahari di Singgasana Wajo
Oleh Abdul Wahab Dai
Mantan Sekretaris DPC PAN Keera
Dia hanyalah seorang jelata politik pada awalnya, bukan dari kaum ningrat politik. Latarnya adalah pegiat pelbagai organisasi yang merangkak dari bawah hingga ke puncak. Mungkin belum puncak, jalannya masih panjang.
Mungkin tulisan ini penuh dengan puja-puji. Saya menulisnya berdasar pada sepenggal masa hidup saya yang pernah bersamanya mengurus partai biru, Partai Amanat Nasional di Bumi Lamaddukkelleng di sebuah kecamatan bergelar Bumi Masiang, Keera.
Nasib membawanya ke posisi puncak Kabupaten Wajo, sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan yang mewarisi nama Kerajaan Wajo.
Baca Juga
Hari ini (Senin, 22 November 2021), Pak Amran Mahmud dilantik untuk keempat kalinya sebagai "punggawa" PAN di Wajo sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Periode 2020-2025.
Sepertinya pilkada berikutnya sudah ditabuh. Sudah ada baligho yang terpampang di pinggir-pinggir jalan.
Tahniah! Pelantikan ini memperkuat penjenamaan diri Amran Mahmud untuk meraih mandat kedua, meski dalam pelbagai kesempatan dia selalu tak mau berbicara soal Pilkada yang masih lama. Fokus bekerja adalah ujaran diplomatis seorang politisi.
***
17 Januari 2021, kita dengar bahwa Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Amanat Nasional (PAN) Kabupaten Wajo H. Amran Mahmud yang juga Bupati Wajo Periode 2019-2024, pemenang Pilkada Wajo 2018 dengan slogan Pammase ᨄᨆᨔᨙ (berpasangan dengan H. Amran) kembali terpilih secara aklamasi memimpin DPD PAN Wajo dalam Musyawarah Daerah (Musda) PAN ke-V di Sengkang.
Jika demikian, ini adalah periode keempatnya mengendalikan partai berlambang matahari putih bersinar cerah ini di Bumi Lamaddukkelleng.
Penulis sendiri, ketika belum menggeluti pekerjaan sebagai pendamping masyarakat dewasa ini, menghadiri Musda sebelumnya sebagai perwakilan Kecamatan Keera.
Penulis akhirnya mengundurkan diri sebagai pengurus DPC PAN Keera pada tahun 2017 untuk memenuhi syarat pada sebuah mata pencaharian. “Tidak boleh menjadi pengurus partai.”
Penulis mulai aktif di partai ini jelang Pilkada Wajo 2013. Pada periode kepemimpinan PAN Wajo 2010-2015, pada sekitar tahun 2011, penulis diajak oleh Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PAN Kecamatan Keera, almarhum H. Baharuddin Alwi bergabung sebagai Sekretaris DPC PAN Keera.
Saat itu H. Amran Mahmud sebagai Wakil Bupati (Wabup) Wajo pasca-kemenangan pada Pilkada 2008 mendampingi almarhum H. Andi Burhanuddin Unru dengan slogan pasangan Budiman.
Di pertengahan jalan, terjadi pecah kongsi keduanya dan H. Amran Mahmud berniat maju Pilkada 2013 melawan kosong satunya.
Sebagai kosong dua yang maju menantang kosong satu saat itu, penulis merasakan betapa sulitnya menjadi pendukung kosong dua. Tapi teman-teman saat itu tetap bersemangat di empat belas DPC.
Penulis yang berdomisili di Keera dan juga Pitumpanua mengalami banyak peristiwa ketika semua pada “takut bertemu kosong dua”. Peristiwa seperti “menghindari berfoto dengan kosong dua” jamak terjadi. Dan ini terjadi di depan mata penulis.
Pernah suatu ketika di salah satu masjid, saya memotret salah seorang marbot masjid bersalaman dengan H. Amran Mahmud. Pasca acara, saya ditegur secara berbisik oleh sang marbot masjid,”Jangan difoto!,” katanya.
Saat itu saya masih menggunakan ponsel besutan Finlandia. Ketika H. Amran Mahmud memenangi Pilkada 2018 marbot tersebutlah yang paling di depan menjemput Bupati di gerbang masjid saat singgah di masjid setelah dilantik.
Menghadiri kondangan, khatib Salat Jumat, ceramah pada hari-hari besar Islam, dan acara-acara keramaian warga lainnya sering dilakukan oleh H. Amran Mahmud saat itu berdasarkan undangan masyarakat.
Ketika Kecamatan Keera harus mengadakan Musyawarah Cabang PAN, betapa sulitnya mengumpulkan calon simpatisan yang banyak demi meramaikan Muscab. Meski akhirnya dua kali Muscab PAN Keera berlangsung dengan baik. Yang paling sulit adalah menemukan orang yang ingin menjabat sebagai Dewan Pimpinan Ranting (DPRt) PAN di desa-desa ketika posisi H. Amran Mahmud masih kosong dua.
Saya bersama H. Baharuddin Alwi terus mencoba menemukan orang yang tepat di desa-desa untuk memimpin DPRt. Banyak yang menolak.
Akhirnya di Pattirolokka kami menemukan Muhammad Rafi, di Lalliseng ada Ambo Ulang, di Inrello Ambo Tenri bersedia menjadi Ketua DPRt. Di Awo pernah ada sebuah nama mendaku bersiap, tapi hilang di tengah jalan.
Di Awota ada Amri, di Paojepe, Labawang dan Ciromani agak mudah, sebab sangat dekat dengan domisili Ketua dan Sekretaris DPC PAN Keera, yakni Paojepe dan Labawang. Di Desa Keera ada H. Malik.
Biasanya, jika ada acara di Kabupaten, rombongan Paojepe dan Labawang yang paling ramai. Di Ballere, sulit menemukan orang yang ingin menjadi Ketua Dewan Pimpinan Ranting.
Kekalahan H. Amran Mahmud yang maju pada Pilkada 2013 dengan slogan AYM-Amanah berpasangan dengan Andi M Yusuf Machmud Yusuf Korosi menjadi “pukulan berat” bagi partai, relawan dan simpatisan. Pilkada Wajo 2013 sendiri diwarnai "Peristiwa Lapangan Benteng" di Pitumpanua pada saat kampanye terbuka.
Menjadi partai pekalah dan simpatisan pekalah saat itu sungguh sangat tidak mengenakkan. Relawan bersiap-siap dirundung oleh para pendukung sebelah. Namun H. Amran Mahmud perlahan-lahan bangkit dan para loyalisnya mulai bergerak lagi.
DPC-DPC dan relawan tetap setia memfasilitasi pertemuan H. Amran Mahmud dengan warga. Di Pitumpanua sebagai domisili saya yang lain dan tempat mencari nafkah sebelum 2017, jika H. Amran Mahmud datang, ada sekitar sepuluhan orang yang rajin datang menjemput H. Amran Mahmud. Semua pada berpeci hitam. Dan peci hitam loyalis menjadi petanda kedatangan H. Amran Mahmud di Pitumpanua. Saya pun terkadang ikut arus, berpeci hitam tatkala H. Amran Mahmud datang. Ini setahun dua tahun pasca takluknya H. Amran Mahmud di Pilkada 2013.
Saya pun mulai mengenal banyak loyalis H. Amran Mahmud di dua kecamatan ini. Meski tidak terang-terangan.
Memimpin DPD PAN Wajo selama empat periode sungguh sebuah fenomena bagi H. Amran Mahmud. Ketika berniat berlaga di Pilkada 2013, biasanya dalam dialog-dialog dan obrolan antarloyalis dan antarpeserta Musda dikatakan bahwa,”Sebagai calon Bupati, memang H. Amran Mahmud harus memimpin PAN!”.
Ujaran ini sering saya dengar pula jelang Musda sebelumnya. Mungkin saja ini juga terjadi pada Musda kali ini (Januari lalu). Saya tidak hadir pada Musda V ini, sebab saya bukan lagi pengurus DPC.
Terpilihnya dan dilantiknya kembali H.Amran Mahmud sebagai Ketua DPD PAN Wajo, dipilih secara aklamasi pula, menurut penulis, sangat erat kaitannya dengan pertaruhan meraih mandat kembali pada Pilkada berikutnya untuk melanjutkan memimpin pembangunan Kabupaten Wajo.
Wallaahu alam bissawaab!
0 Response to "Sorotbalik: Amran Mahmud, Matahari di Singgasana Wajo"
Post a Comment