Perempuan Desa dan Hari Perempuan Sejagat, Menguatkan Inklusivisme Desa




Abdul Wahab Dai
Pendamping Masyarakat


HARI Perempuan Internasional yang jatuh pada tanggal 8 Maret 2024 pada kalender Gregorian kali ini membesut tema Menginspirasi Inklusi.

Dalam praktiknya di Desa telah ada upaya-upaya mendorong inklusivisme dengan melibatkan kaum perempuan dalam pembangunan desa sejak Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi, dan Pertanggungjawaban.

Hari Perempuan Global dalam sejarah panjangnya mencoba sejak awal mengarusutamakan kepentingan perempuan. Mari kita lihat praktik-praktik baik di Desa saat ini di Indonesia menuju Desa Inklusif!

Desa Inklusif adalah desa yang melibatkan semua golongan, pihak, strata, kelompok, jenis kelamin termasuk kaum perempuan, kaum disabilitas, dan kelompok-kelompok terpinggirkan dalam setiap agenda desa.

Untuk persoalan musyawarah perencanaan saja regulasi mewajibkan kehadiran dan keterlibatan kelompok perempuan termasuk pemerhati perempuan dan anak.

Perempuan desa termasuk kelompok rentan, apalagi jika mereka termasuk golongan miskin, lansia, Pekka pula. Pekka adalah akronim dari Perempuan Kepala Keluarga.

BPD sebagai penyelenggara musyawarah desa, saat seleksi BPD diwajibkan ada perwakilan perempuan dalam struktur Badan Permusyawaratan Desa.

Kemudian dalam musyawarah perencanaan desa, BPD memfasilitasi pembentukan Tim Penyusun Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) siklus tahunan dengan jumlah anggota gazal (7, 9, 11) di mana minimal 30 persen di antaranya adalah kuota untuk perempuan.

Hal ini juga berlaku untuk Tim Penyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) dalam siklus enam tahunan.

Dalam pembicaraan tentang jenis kegiatan pembangunan desa, bahkan ada forum musyawarah desa perempuan yang dapat digelar dan pesertanya seluruhnya perempuan.

Kemudian kegiatan-kegiatan yang ditelurkan dalam musdes dan musrenbangdes selalu ada  laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai penerima manfaat kegiatan dan pelaku kegiatan.

Pelaku kegiatan misalnya dilaporkan apakah melibatkan perempuan kepala keluarga (Pekka), kaum pengguran (perempuan), kaum disabilitas (perempuan), kaum miskin (perempuan), dan difabel (perempuan).

Penggunaan Dana Desa misalnya untuk Pemberian Makanan Tambahan untuk Ibu Hamil (PMT Bumil). Jadi memang ada afirmasi penggunaan Dana Desa untuk kaum perempuan agar tak ada kelompok yang ditinggalkan di Desa termasuk perempuan dan anak.

Untuk kegiatan Bidang Bencana dan Keadaan Mendesak, perempuan lansia dan perempuan kepala keluarga, perempuan yang menderita sakit kronis, dan perempuan yang kehilangan pekerjaan banyak yang menjadi penerima manfaat Bantuan Langsung Tunai sejak era COVID-19 maupun pasca-COVID-19.

BLT Kemiskinan Ekstrem bahkan untuk beberapa desa, penerima manfaatnya adalah kaum perempuan rentan.

Jadi jangan bilang bahwa Desa tak berbuat apa-apa demi kaum perempuan. Tinggal bagaimana menguatkan dan melanjutkan upaya-upaya yang telah ada demi kaum perempuan.

Hadirnya Kader Pembangunan Manusia (KPM) di setiap desa dengan uang lelah dari Dana Desa yang salah satu tupoksinya mendorong penurunan kejadian tengkes di desa adalah bagian dari upaya-upaya desa menjembatani kepentingan perempuan dan anak sebagai kelompok rentan di Desa.

Untuk Padat Karya Tunai Desa (PKTD), para pekerja yang dilibatkan termasuk kaum Pekka, perempuan yang kehilangan pekerjaan, perempuan setengah pengangguran, perempuan pengangguran dan perempuan difabel. Pekerjaan yang mereka lakukan misalnya menghampar kerikil secara manual. Mereka mendapatkan uang lelah harian sebagaj upaya pemerintah meningkatkan daya beli kaum marginal desa termasuk perempuan.  PKT di Desa juga dapat menekan inflasi dengan meningkatnya jumlah uang yang beredar di Desa yang dipantik oleh kegiatan PKTD saat mana gaji harus melebihi 50 persen dari total anggaran kegiatan.

Demikianlah. Kita harus menilai desa secara menyeluruh. Bukan hanya selalu mencurigai mereka sebagai korup. 

Selamat Hari Perempuan Sedunia!


Foto: Layanan Posyandu di Desa Pattirolokka, Kecamatan Keera, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan (Sumber: Arsip P3MD Keera).

Related Posts

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Perempuan Desa dan Hari Perempuan Sejagat, Menguatkan Inklusivisme Desa"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel